Menjaga Hati Demi Dakwah


Tulisan ini di bermula dari perbincangan dengan beberapa akhwat sore kemarin. Pulang dari sebuah acara kita mampir dulu ke kosan salah se orang akhwat, perbincangan demi perbincangan dengan berbagai tema yang meloncat-loncat mulai dari pergerakan politik nasional dalam menghadapi Pilpres yang tinggal menunggu waktu, berbicara mengenai kasus ketua KPK non-aktif Azhari, isu perpecahan yang tak ter blow-up (kasus Irena Handono-Arimatea), dan permasalahan kampus saat ini yg kita sendiri sudah tak mengetahui 100% (coz dah angkatan jebot euy...). pokoknya pembicaraannya gado-gado deh.

Saya dengan salah seorang akhwat memang suka diskusi terutama mengenai permasalahan dakwah kampus (syi’ar n siyasi), sampai-sampai sehabis liqoan yang terakhir pulang itu adalah kami berdua coz suka lupa waktu kalo dah diskusi, tapi alhamdulillah dapet temen diskusi satu lagi hari ini jadi infonya tak berputar disni aja.

Back to tema, entah kenapa pembicaraannya nyampe ke masalah hati. Ini ber awal dari seorang akhwat yg bertanya ke ane mengenai salah seorang yang sejurusan dengan ane di kampus (beda angkatan). Beliau menanyakan hal ini karna ini juga nanti akan menjadi tanggung jawab ane, tapi saat di tanya ane jawab aja agak ogah-ogahan ”biarin aja lah ukh, itu urusan pribadi mereka. Ane males nanggepin masalah2 ini terus, masih banyak yg perlu dipikirin”.”tumben ga mikirin, biasanya paling lantang”imbuh si akhwat. ’Ok nanti lah kita lihat sampai dimana perkembangan mereka.’

Sering ane berpikir mengenai orang-orang yg sering ke sandung hatinya sama hal selain Allah dan dakwah. Apakah otak mereka masih lowong untuk berpikir bermain-main dengan hati mereka?apakah kelelahan fisik sehabis kegiatan di kampus tak menghalau otak mereka untuk tidak berpikir untuk mulai mengotori hati mereka dengan permasalahan ini?. Sangat sering ane memikirkan hal ini sendirian.

Tak pernahkah mereka berpikir bahwa tindakan mereka itu akan mengotori jalan dan niat yang telah mereka bangun untuk dakwah ini. Apakah tak terlintas dipikiran mereka, bahwa apa yg mereka perbuat akan berimbas pada pergerakan dakwah kampus yang tengah di perjuangkan oleh saudara-saudara mereka?mereka mikirin ini ga sih?. Plis deh...

Akhwat,,, mana yang kalian takuti, tidak mendapatkan suami atau tidak mendapatkan cinta Allah?. Cukup jaga diri dan hati kalian, tidak kah kalian tau bagaimana muslimah di Palestina sana sangat sulit mempertahan kan harga diri dan ke hormatannnya? Sementara kalian disini sibuk menebar pesona dengan lebarnya jilbab kalian, dengan ke anggunan jalan kalian dan dengan lembutnya suara kalian...

Ikhwan,,, takutkah kalian jika tak mendapatkan isteri cantik dan shalaehah (katanya!!), apakah rasa takut ini mengalahkan rasa takut kalian pada adzab Allah??tahukah kalian, para pemuda Palestina bahkan rela menjual nyawa mereka demi di lirik oleh Allah, tahu kah kalian bahwa mereka lebih malu jika tak pernah merasakan penjara para laknatullah?
Coba lihat wajah-wajah letih para saudara/i kalian yang telah dan sedang memperjuangkan dakwah ini dengan peluh mereka, dengan kantong tipis mereka. Relakah kalian mengotori kerja2 dakwah mereka hanya demi egoisme hawa nafsu kalian!!!.

Ingatlah ikhwahfillah... bahwa ada tiga alat vital dalam agama dan kehidupan manusia ini seringkali tidak mendapat asahan dan asuhan yang memadai dalam rangka merengkuh suatu perubahan yang konstruktif dalam hidup, yaitu menambah ketajaman penglihatan, pendengaran, ataupun pengelolaan hati (manajemen kalbu) di jalan Allah. Sebaliknya, kebanyakan manusia lebih memperturutkan dirinya pada hawa nafsu yang ditunggangi kebodohan, dusta, dan prasangka yang tidak berdasar (QS 6:148; QS 27:84). Padahal Allah berfirman, ''Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.'' (QS 17:36).

Marilah bersama-sama menjaga hati, mata, dan telinga kita agar tidak tunduk dalam arahan hawa nafsu. Ketiganya haruslah selalu diasah dan dikelola untuk mengetahui, mengerti, serta memahami ayat-ayat Allah, baik yang kauniyyah (alam dan lingkungan sekitar) maupun yang qauliyyah (Alquran dan sunah). Sehingga, kita selalu hidup sesuai kehendak-Nya dan semakin mulia kedudukan kita di sisi-Nya. Tanpa mengupayakan hal itu, niscaya hidup kita akan gelap dan tidak terarah, dan lebih celakanya lagi, di akhirat kita kelak akan menghadap Allah dalam keadaan buta, tuli, dan bisu (meskipun di dunia ini keadaan fisikal kita normal, tanpa cacat apa pun), disebabkan dosa kita yang amat besar, yakni mengabaikan dan lalai akan ayat-ayat-Nya. (QS 17:97).

Saat ini, mari bersama-sama kita ber istighfar.... Ashtaghfirullahal’adziimi.

4 komentar:



Neo Mujahid mengatakan...

so sweet...ada teman ana yang sudah berumur kepalaa 3. beliau masih bersabar dalam kesendiriannya. berharap Alloh segera menetapkan siapa Jodohnya di dunia, dalam penantian itu ia gunakan untuk beraktivitas selalu dalam dakwah..sebhanallah

selalusemangat mengatakan...

semoga bermanfaat...
saling mengingatkan lewat tuLisan...

terkadang kita terlalu memaksakan khndak dlm jodoh hingga tak menjaga izzah sebgai seorang dai...

maktabah mengatakan...

Maasya Allah, jazakillah ukh atas nasihat ini.

Semoga hati ini selalu terjaga: hanya Allah SWT yang menjadi cita dan cinta.

selalusemangat mengatakan...

aamiin...
semoga dan semoga hati-hati kita masih terjaga dalam dakwah...

sama2...semoga manfaat