InnaLillahi.wa innailahi raaji'uun..

astaghfiruLLah....

innalillah....

huff...menghembuskan napas (nafas)berat...:(

ya Allah, sesungguhnya hamba meng imani bahwa apapun yang saat ini berada disisi hamba dapat kapan saja kau ambil...

tapi entah kenapa suLit sekali melatih hati ini untuk ikhlas...

entah kenapa susah sekali u membuat diri ini rela...

hari ini...lagi dan lagi aku kehilangan nya....

padahal baru beberapa buLan membersamai diri ku...

tapi Engkau ternyata lebih merelakannya untuk orang lain...

duuuuh ya ALLAH....sulit sekali hati ini melupakannya....

pikiran tetap saja tertuju padanya....

ajari hamba makna ke ikhlasan ya ALLAH...

tuntun hati hamba untuk merelakannya....

untuk siapapun yang telah bersamanya walaupun kau tak ijin mengambilnya dari diri ku...Plis deh jangan di ulangin lagi...

hiks...hiks...hiks....

lagi...dan lagi harus kehiLangan sendal gunung....

selamat jalan sendal gunung...

dirimu telah menyentakkan sisi kemanusiaan ku bahwa aku hanya seseorang yang hanya dititipi dirimu yang mana suatu saat nanti akan diambil kembali oleh yang menitipi...

doakan semoga ALLAH ganti dirimu dengan yg lebih baik dan secepatnya...karna diriku ga punya yang laaaiiin lagii....

(af1 curhat mode:on niiih...)

Ngapain punya fesbuk????



Sob,,,Udah berapa lama punya jejaring sosial yang namanya fesbuk???
Waaahh..udah lama ukh….
Mh.mhm…baru ko uni…baru 1 tahun….ato…
Baru kemaren ukh…

Yah…berapa lamapun waktu yang telah kita habiskan untuk dan dengan fesbuk…pastinya beda-beda dong…akan tetapi sudah kah kita bertanya pada diri sendiri, sebenarnya kita bikin fesbuk untuk apa?ngapain harus capek-capek bikin fesbuk toh udah ef es ini ato email dan yg lain ini??

Jujur nih saya sendiri awalnya bikin fesbuk gara-gara salah seorang kakak angkatan waktu di FE UNP dulu. Karna udah jarang ketemuan, pas di Tanya ‘un…ada ef-es ga?’ di jawab ‘engak..adanya Cuma fesbuk yon…’, nah semenjak itulah saya langsung sign up ke fesbuk…

Tapi beringan waktu saya jadi mikir, sebenarnya saya ngegunain fesbuk untuk apa sih. Apa Cuma mo menyambung silaturrahim yang sempat terputus dengan beberapa sodara saja?ato Cuma buat iseng2an aja sih?ato karna sesuatu yang saya sendiri juga ga tau apa?

Hingga suatu saat saya diskusi sama salah seorang akhwat yang berbeda harokah…begini ceritanya:
Temen :“subhanallah anti tambah sehat aja nih keliatannya, walaupun lagi skripsi??”
Saya : “Alhamdulillah ukh, yang penting hati seneng aja, kalo pun ada masalah yaah positive thinking aja ma ketetapan Allah, ye ga??”
T : “bener ukh…ana sepakat deh. Btw, skripsi anti dah nyampe mana nih?
S : “hm,,ntar aja deh ya nanya yang ini, sesi berikutnya aja. Lagi ga mood bicarain skripsi nih ukh… oia, gimana ane dah punya fesbuk anti bikin juga lah? Masak jaman sekarang ga punya sih..”. ane sok belagu nanya yg beginian sama dia.
T : “ga ahh, masih banyak yang perlu ana kerjain ketimbang fesbukan. Lagian itu kan produknya yahudi, ga tega ana sama sodara2 di Palestina sana…”

Pas denger temen saya ngomong gitu, langsung aja saya kasih informasi mengenai fesbuk, yg pastinya ga bisa di terangin disini deh, sampe akhirnya dia nyerah.

T : “ok kalo gitu, tapi sebenarnya niat anti untuk bikin fesbuk itu apa?kalo Cuma silaturrahim kita bisa ketemuan atawa smsan or chet aja. Apa Cuma mau gagahan2 aja, ngasih tau ke orang banyak anti lagi ngapain gituh…iiihh cemen banget sih kyk anak kecil yang kurang di perhatiin.”
T : “ato Cuma mau riya aja anti ngasih status terhadap apa yang anti udah lakukan untuk ummat ato pura2 mentausiyahi mereka gituh.” Ga Cuma nyampe disini aja…”aha,,, atau jangan2 ada seseorang yang selalu anti tunggu ke datangannya saat online, begitu???”. Astaghfirullah,,,ukhti istighfar anti.”
S : setelah sekian lama diem ngedengar penjelasannya…”astaghfirullah…ga banget tuh ukh yang terakhir…astaghfirullah, bukankah Rasulullah juga menganjurkan kita untuk menjaga silaturrahim dan saling mengunjungi saudara yang lainnya. Paling ga kalo pun ane ga bisa kerumah mereka ane tahu kondisi mereka melalui status. Bisa menguatkan kalo ada yang lemah, bisa mengingatkan kalo ada yang salah ato khilaf…hanya itu”…

Tapi sempat terpikirkan juga dan ber Azzam…

Ok…MULAI DETIK INI SAYA AKAN MEMBUAT FESBUK INI BERBEDA DARI YANG BIASANYA…

HARUS PERBANYAK TULISAN
APAPUN ITU YANG PENTING BERMANFAAT BAGI DIRI KU DAN ORANG LAIN TENTUNYA…

HARRRUUUUUUSSSS

How about u sob,,,???

JIBRIL AS, KERBAU, KELELAWAR, DAN CACING

Suatu hari Allah SWT memerintahkan malaikat Jibri AS untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau dan menanyakan pada si kerbau apakah dia senang telah diciptakan Allah SWT sebagai seekor kerbau. Malaikat Jibril AS segera pergi menemui si Kerbau.
Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril AS mendatanginya kemudian mulai bertanya kepada si kerbau, "hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau". Si kerbau menjawab, "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri". Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor kelelawar.
Malaikat Jibril AS mendatanginya seekor kelelawar yang siang itu sedang tidur bergantungan di dalam sebuah goa. Kemudian mulai bertanya kepada si kelelawar, "hai kelelawar apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kelelawar". "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya", jawab si kelelawar. Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor cacing yang sedang merayap di atas tanah.
Malaikat Jibril AS bertanya kepada si cacing, "Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing". Si cacing menjawab, " Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal sholih ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya".
Begitu rendahnya nilai seorang manusia, bahkan se ekor cacingpun bersyukur karna ia di ciptakan sebagai cacing bukan manusia. Sudahkah kita mengenali dan mengetahui tujuan di cintakannya kita ke muka bumi ini? Jikalau belum, marilah saat ini juga kita mulai mencari ilmu sebagai bekal agar siksaan Allah nantinya tidak menimpa diri kita.

Keyakinan....

(ada tulisan bagus nih...tp bukan karya diri ku, insyaallah bermanfaat...)

Seorang profesor filosofi yang atheis berbicara dalam kelasnya mengenai masalah antara ilmu pengetahuan dan Tuhan. Dia bertanya pada salah seorang mahasiswa baru.

Profesor (prof): Jadi, kamu percaya pada Tuhan?
Mahasiswa (ms): Tentu, prof.
Prof: Apakah Tuhan itu baik?
Ms: Tentu
Prof: Apakah Tuhan mahabisa?
Ms: Ya
Prof: Saudaraku meninggal karena kanker meskipun dia telah berdoa kepada Tuhan untuk menyembuhkannya. Sebagian besar manusia, teman- teman sekitar kita akan menolong orang yang sakit. Tapi Tuhan tidak. Bagaimana Tuhan seperti ini bisa bisa dikatakan baik? Hmm?
Ms: (Mahasiswa diam)
Prof: Kamu tidak dapat menjawab bukan? Mari kita mulai lagi. Apakah Tuhan itu baik?
Ms: Ya, tentu.
Prof: Apakah iblis itu baik?
Ms: Tidak
Prof: Dari mana datangnya iblis?
Ms: Dari....Tuhan.
Prof: Tepat. Sekarang katakan padaku, apakah di dalam dunia ini terdapat iblis?
Ms: Ya.
Prof: Iblis berada dimana-mana bukan? Dan Tuhan tidak berbuat apapun bukan?
Ms: Ya.
Prof: Jadi, siapa yang menciptakan iblis?
Ms: (Mahasiswa tersebut tidak menjawab)
Prof: Di dunia ini terdapat kesakitan? Kematian? Ketakutan? Kejelekan? Semua ini merupakan hal-hal yang mengerikan yang ada di dunia ini bukan?
Ms: Ya, prof.
Prof: Jadi, siapa yang menciptakan hal-hal tersebut?
Ms: (Mahasiswa tersebut tidak menjawab)
Prof: Ilmu pengetahuan menyebutkan bahwa kamu mempunyai 5 indera yang dipakai untuk mengetahui dan mengamati lingkungan sekitarmu. Katakan padaku nak, pernahkah kamu melihat Tuhan?
Ms: Tidak pernah prof.
Prof: Katakan padaku, apakah kamu pernah mendengar suara Tuhan mu?
Ms: Tidak pernah prof.
Prof: Pernahkah kamu menyentuh Tuhan mu, merasakan Tuhan mu, mencium keberadaan Tuhan mu? Pernahkah kamu mempunyai pengalaman dengan inderamu mengenai kehadiran Tuhan?
Ms: Tidak pernah, prof.
Prof: Lalu kamu masih percaya kepada Nya?
Ms: Ya.
Prof: Secara emperis, terukur, percobaan perlakuan, ilmu pengetahuan mengatakan Tuhan mu tidak eksis. Apa yang dapat kamu katakan mengenai itu, nak ?
Ms: Tidak suatu apapun. Saya hanya mempunyai keyakinan saya.
Prof: Ya, keyakinan. Itulah masalah yang dihadapi ilmu pengetahuan.
Ms: Prof, apakah panas itu ada?
Prof: Tentu.
Ms: Dan tentu juga ada yang namanya dingin?
Prof: Ya.
Ms: Tidak prof. Itu tidak benar.
(Ruang perkuliahan itu menjadi sangat hening)
Ms: Prof, kau dapat merasakan panas. Lebih panas, super panas, mega panas, sedikit panas, atau tidak panas. Tapi kita tidak mempunyai `dingin'. Kita dapat mencapai 458 derajat di bawah nol dimana tidak terdapat panas. Tapi kita tidak dapat lebih dari itu. Tidak ada yang namanya dingin. Dingin hanyalah suatu kata yang digunakan untuk mengambarkan ketidakadaan panas. Kita tidak dapat mengukur dingin. Panas adalah energi. Dingin bukanlah lawan dari panas, prof, hanya ketidakadaan dari panas.
(Keheningan terasa saat mahasiswa tersebut berhenti bicara)
Ms: Bagaimana dengan kegelapan prof? Apakah ada yang namanya
kegelapan?
Prof: Tentu. Apakah malam itu jika tidak ada kegelapan?
Ms: Kau salah lagi prof. Kegelapan adalah ketidakadaan dari sesuatu. Kau bisa mendapatkan cahaya redup, cahaya normal, cahaya terang, cahaya yang berkedip-kedip…Tapi jika kau tidak mempunyai cahaya, kau tidak memiliki apapun dan itu disebut kegelapana, bukan? Dalam realitas kegelapan itu tidak ada. Jika ada, kau akan mampu membuat kegelapan semakin gelap ukan?
Prof: Jadi, apa maksudmu anak muda?
Ms: Prof, maksudku adalah premis filosofismu terbantahkan.
Prof: Terbantah? Dapat kau jelaskan bagaimana?
Ms: Prof, kau mencoba menjelaskan dalam premis dualitas. Kau berpendapat bahwa ada kehidupan dan kemudian ada kematian, Tuhan yang baik dan Tuhan yang jahat. Kau melihat konsep keTuhanan sebagai sesuatu yang terbatas, sesuatu yang dapat kita ukur. Prof, ilmu pengetahuan bahkan tidak dapat menjelaskan suatu pikiran. Pikiran menggunakan listrik dan magnetik, tapi tidak pernah terlihat, tidak pernah dipahami sepenuhnya oleh siapapun. Untuk melihat kematian sebagai lawan dari kehidupan adalah tidak peduli terhadap kenyataan bahwa kematian tidak dapat eksis sebagai hal yang substansial. Kematian bukanlah lawan dari kehidupan, hanya ketidakadaan kehidupan. Sekarang, katakan padaku prof, apakah kau mengajarkan mahasiswamu bahwa mereka merupakan hasil evaluasi dari monyet ?
Prof: Jika kau menarik referensi dari proses evaluasi alam, tentu, saya mengajarkan hal tersebut.
Ms : Pernahkah kau mengamati proses evaluasi dengan mata kepalamu sendiri prof ?
Prof : (Profesor tersebut menggelengkan kepalanya dengan sedikit tersenyum, mulai memahami kemana pembicaraan tersebut mengarah).
Ms : Karena tidak ada seorangpun yang pernah mengamati bagaimana proses evaluasi dan bahkan tidak dapat menjelaskan bahwa proses ini masih terus berjalan, apakah kau tidak mengajarkan sesuatu yang hanya pendapatmu, prof?
(Kelas menjadi riuh dengan bisik-bisik pelan para mahasiswa)
Ms: Apakah ada seseorang di kelas ini yang pernah melihat otak professor?
(Seketika terdengar tawa riuh dalam kelas)
Ms: Apakah ada seseorang di sini yang pernah mendengar otak professor, menyentuhnya, merasakannya, atau menciumnya?... Tidak seorangpun bukan. Jadi, menurut ketetapan empiris, percobaan perlakuan, ilmu pengetahuan mengatakan bahwa professor tidak mempunyai otak. Dengan segala hormat prof, jadi bagaimana kami dapat mempercayai kuliahmu, prof?
(Ruangan menjadi hening. Profesor memandang kepada mahasiswa tersebut, mukanya tidak dapat di tebak)
Prof: Aku rasa, kau dan teman-temanmu harus melihatnya dengan keyakinan, nak.
Ms: Tepat prof…penghubung antara manusia dan Tuhan adalah KEYAKINAN. Itulah yang menjaga semua hal bergerak sebagaimana mestinya dan kehidupan tetap berjalan.

hm...bagaimana....

PERJALANAN INI….


Ikhwatifillah…
Semoga ada Allah selalu dalam hati-hati kita. Allah, hanya dialah tempat kita berpijak dan memohon, tak ada daya dan upaya melainkan daripada Nya. Maka ikhwati fillah tak ada satupun alasan bagi kita untuk menyekutukannya dan menduakan Allah…semoga antum semua mendapatkan berkat dari jalan-jalan yg bersama akan dan sedang kita rajut…

Ikhwati fillah…

Ana yakin bahwa antum semua tahu bahwa saat ini kita di ibaratkan sedang melaksanakan sebuah perjalanan yang panjang dan mendaki yang belum bertemu ujungnya. Maka dari itu perjalanan inipun memerlukan bekal yang tak sedikit baik dari materil, inmateril dan fisik agar kita tak kelelahan, kehabisan bekal atau bahkan mundur sebelum mencapai tujuan. Begitu juga hal nya dengan dakwah ini, bahwa kesiapan merupakan sebuah keniscayaan dalam berjuang dan bekerja, persiapan yang integral dan menyeluruh.

Ikhwatifillah…

Berat nian memang beban yang kalian dan kita bersama pikul saat ini, akan tetapi ikhwah fillah semua nantinya akan terbayarkan jika sedikit saja kita bersabar. Perjalanan ini penuh dengan onak dan duri yang dapat menusuk kita kapanpun kelengahan menghampiri, batu kerikil tajam bisa saja terinjak dan menimbulkan bekas. Akan tetapi, yakinlah bahwa di saat kalian iringi semua dengan sabar dan tawakal maka nikmatnya tak akan tergantikan oleh apapun.

Ikhwah fillah...
Saat ini, detik ini baru saja kita memulai masa itu dan jangan pernah terbersit dalam hati kita untuk menyudahi perjalanan ini hingga kerja ini tertuntaskan. Tak harus sekarang memang di tuntaskan, dan tak harus di tangan kita pun tertuntaskan, akan tetapi yakinlah bahwa Allah tak pernah melihat hasil apa yang kita tuai akan tetapi bagaimana kita telah melewati fase-fase ini dengan tanggung jawab. Inilah kenikmatan itu.

Ikhwah fillah...
Lelah memang menggelayuti setiap rasa kalian, jumud pun tak luput untuk singgah. Maka bersabarlah atas ketetapanNya, nikmati hinaan itu dengan lapang, kulum fitnahan itu dengan pelan maka akan kita rasakan tanganNya sedang menguatkan kita. Yakin lah...

Ikhwah fillah...
Mata mu memang memerah, tubuhpun telah ringkih, hati mu melelah menjalankan semua ini, akan tetapi ingatlah ikhwah fillah,,,disana Allah telah sediakan para bidadari/a menyambut mu nanti dengan senyum terindah,,, disana di JannahNya telah menunggu hidanganNya...

Maka bersabarlah ikhwah fillah, bersabarlah... tetapkan hati mu disini bersama mereka dalam menyambut panggilan terindah sepanjang masa...tetaplah disini bersama ku, beriringan dengan yang lainnya.
(saat-saat diri ku mencoba belajar sabar di jalan ini....)

Titik Tolak


Orang-orang mukmin berharap Allah mengampuninya dan memasukkannya ke dalam syurga dan ini merupakan kemenangan besar yg kita raih dengan sekedar melewati pintu syurga beberpa langkah. Apabila kita hidup diantara dua waktu dalam sekejap yang penuh kenikmatan, maka kita tak puas dgn berjalan di pintu saja dan tdk pula berada di kediaman-kediamannya yang indah akan tetapi juga berada di tempat yang tinggi di ‘illiyyin dan firdaus.

‘siapa mengharap tempat puncak di surga, maka ia harus berada di tempat puncak di dalam kehidupan dunia ini ’.

Sebagaimana yg kita ketahui bahwa derajat yang paling tinggi di dunia ini tak lain adalah derajat dakwah kepada Allah, sebagaimana dikatakan oleh Syeikh Abdul Qadir al-Qilani rahimahullah di dalam kitabnya yang lain yang diberinya nama Futuhul-Ghaib. Menurutnya orang yang menang adalah yang dipilih oleh Allah.

“dan dijadikanNya tokoh dan da’I bagi para hamba, penyampaian peringatan kepada mereka, hujjah di tengah mereka, dan pemberi petunjuk lagi di beri petunjuk”
Dan,
“inilah derajat tertinggi di tengah bani Adam. Tidak ada derajat yang mengungguli derajatnya kecuali kenabian”.

• Mukmin yang Bisu Tertinggal

Pada saat di padang mahsyar nanti kita tidak mengetahui siapakah yang akan memasuki syurga pada urutan pertama dan siapa yang akan menunggu lama sebelum memasukinya? Karena itu, al-Kailani rahimahullah menetapkan pemahaman seorang da’I tentang kewajibannya dalam mengubah kebatilan dan membela kebenaran sebagai anegerah rabbaniyah bagi orang yang di ketahui Allah keshalihan hati mereka.

Pada buku ini Syeikh al-Kailani berpendapat bahwa orang lain yang berada di bawah derajatnya adalah ‘hati tanpa lisan, yaitu mu’min yang di tabir Allah ‘Azza wa Jalla dari makhluk-Nya, dan di payungi dengan penjagaan-Nya diperlihatkan olehNya aib-aib dirinya dan disinari hatinya ’…

Karna orang mukmin ini tidak punya lisan, maka derajatnya turun tertinggal. Ia tak mendapatkan kehormatan dan kebesaran yang ada pada kelompok pertama yaitu tokoh, da’i dan hujjah. Perbedaan disini adalah perbedaan dakwah dan perbedaan iman yang tertabr dan terpencil. Sebab perbedaan itu adalah lisan yang mengucapkan kebenaran dan bukan sesuatu yang lain.(indikator)
Maksudnya disini adalah bahwa seorang dai yang menyeru pada kebenaran kepada orang lain adalah lebih baik dari pada mukmin berilmu akan tetapi ilmu itu tidak di transfer atau tidak di salurkan pada masyarakat secara umum.

• Menyambung Masa Lalu dengan Masa Depan

Dakwah membutuhkan pada dai yang mempunyai pandangan perubahan secara kesinambungan. Para da’I mengetahui secara baik bahwa di pundak mereka ada beban/tugas risalah bahwa mereka harus menyampaikan sebuah kebaikan (ilmu), menyadari posisi mereka dalam gerbong dakwah yang sedang berjalan dan bahwa mereka adalah mata rantai yang menyambung masa lalu dengan masa depan.

Berdakwah di ibaratkan sebagai sebuah proses penanaman, dahulu pada suyuh kita yang menanamkan nilai2 dakwah yang saat ini bisa kita rasakan dan sekarang adalah masa/ kewajiban kitapun u melakukan yang sama agar penerus kita nantinya dapat merasakan buah dari proses penanaman dahulu.

Dan penanaman itu butuh pembauran dengan umat, bertatap muka dengan mereka, dan menyatakan kebenaran dengan terang-terangan. Sedangakan pilihan khalwat dan meninggalkan perjuangan melawan pemikiran-pemikiran dan kerusakan-kerusakan etika bukanlah solusi. Satu hal yang harus di tekankan oleh para dai adalah bahwa pelarian terhadap perjuangan pada perkaran hina adalah kehinaan itu sendiri.

Mushthafa Shadiq ar-Rafi’i mengatakan:
’demi Allah, orang yang melarikan diri dari perjuangan melawan perkara-perkara hina seluruhnya itulah orang-orang yang meninggalkan ke utamaan-keutamaan seluruhnya’.

Yang menjadi permasalahan saat ini bukan lah disebabkan oleh kurangnya kuantitas pada da’i, bukan juga terletak pada minimnya komitmen mereka terhadap ke islaman karna di setiap belahan bumi/kawasan islam masih ada pemuda-pemuda baik yang banyak jumlahnya. Akan tetapi permasalannya adalah mereka tidak mendeklarasikan ke islaman mereka dan tidak berdakwah, atau berdakwah namun tanpa koordinasi di antara mereka.

Imam Ahmad Melakukan Tajmi’ (Penghimpunan)

Tugas da’i adalah membidik orang2 pilihan masyarakat, melakukan kontak dgn mereka, mengenal mereka, mengunjungi mereka, mengajari mereka cara menyatukan perjuangan-perjuangan islam dan koordinasinya.

Inilah yang di lakukan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, jika beliau mendengar bahwa di suatu daerah ada seorang shalih, zuhud, melaksanakan kebenaran maka belaiu akan mencarinya.

Kita tahu bahwa saat ini tidak disebut seseorang sebagai dai kecuali orang yang mau mempelajari dan mengkaji masyarakat, menanyakan kondisi mereka, mengunjungi mereka di majlis-majlis dan di pertemuan-pertemuan mereka.
Disini Imam Ahmad bin Hanbal mengajarkan pada kita bahwa seorang dai sejati harusnyalah seseorang yang dekat dan mengetahui kondisi masyarakat yang ada disekitarnya. Mengajarkan kebenaran lewat Al Quran dan Sunnah.

Saat ini dan kapanpun seorang dai haruslah dekat dengan masyarakat sekitarnya, berhubungan dengan mereka, mengikuti majlis-majlis yang mereka ikuti. Saat ini Islam tidak lah memerlukan kajian-kajian fiqh saja akan tetapi sangat memerlukan para dai yang bahu membahu dalam mengemban risalah dakwah ini.

Sumber:
Muhammad Ahmad ar-Rasyid
Titik Tolak
(Landasan Gerak Para Aktivis Dakwah )

Rabithah ku Petang ini




Sibuk dengan kepindahan kosan, hingga melupakan amalan yaumiyah yang cukup urgen hari ini, yup Rabithah ku petang ini tak tertunaikan. Beberapa hari ini sibuk sekali dengan rencana pindahan kosan hingga cukup melalaikan obat keterikatan hati dengan para saudara/I yang ku cintai karena Allah,,,Astaghfirullah,,, afwan kawan diriku tlah lalai dalam menjaga keutuhan ukhuwah ini…hiks…hiks .

Sore yang cukup melelahkan, raga cukup merasa penat setelah beberes dan menata kamar kosan baru ini (biar betah..)...hingga mendengar suatu syair yang menyentakkan sendi-sendi hati ini, membangunkan rasa yang sempat terpinggirkan oleh aktivitas dunia….

Entah kenapa…saat mendengar syair ini hampir rasa ku meluruh, dan merasakan panas di daerah mata ku…tak tertahankan hingga menciptakan buliran…
‘sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati ini tlah berpadu berhimpun dalam naungan cinta Mu, bertemu dalam ke ta’atan bersatu dalam perjuangan menegakkan syari’at dalam kehidupan’… hingga disini tak bisa lagi ku gerakkan kaki untuk menyempurnakan pekerjaan ku…aku biarkan saja tiap syair ini menelusup hingga menembus dinding-dinding rasa ku, memerintahkan otakku untuk beristighfar sebanyak mungkin. Tak tertahankan lagi, hati ku luruh dengan ketenangan dan makna syair syarat do’a.

Teringat akan wajah-wajah lelah mereka yang berjuang demi dakwah di Negara ini…
Terbayang wajah-wajah ikhlas yang membiaskan keletihan…
Senyum tulus mereka silih berganti memenuhi slide ingatan…

Ya Allah,,,
Berkahi perjuang mereka…
Kuatkan pijakan mereka…
Sertakan ridho dalam tiap kerja mereka….
Jaga hati mereka…
Sabarkan mereka terhadap kami…

Ya Allah ampuni ke zhaliman hamba yang telah melalaikan mereka dalam doa-doa hamba, ampuni khilaf hamba yang melupakan dan tak memenuhi hak mereka terhadap diri ini. Jagalah kami dalam pagi dan petang kami, jaga dan kuatkan ukhuwah ini dengan Rabithah Mu.

sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini tlah berpadu berhimpun dalam naungan cinta Mu
bertemu dalam ke ta’atan bersatu dalam perjuangan menegakkan syari’at dalam kehidupan.
Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya.
Terangilah dengan cahya Mu yang tiada pernah padam
Yaa Rabb bimbinglah kami…
Lapangkanlah dada kami dengan karunia iman dan indahnya tawakal pada Mu
Hidupkan dengan ma’rifatmu, matikan dalam syahid di jalan Mu, engkaulah pelindung dan pembela.